- Back to Home »
- SEKILAS TENTANG INTERNATIONAL MATHEMATIC AND SCIENCE OLYMPIAD ( IMSO )
SEKILAS TENTANG INTERNATIONAL MATHEMATIC AND SCIENCE OLYMPIAD ( IMSO )
Keterlibatan
siswa sekolah dasar pada ajang kompetisi internasional memang masih
relatif baru, namun dalam beberapa kali kesempatan kompetisi yang
diselenggarakan di luar negeri, tim Indonesia dengan cepat mampu
menyesuaikan diri terutama dari sisi mental mereka dalam menghadapi
lawan-lawannya yang umumnya secara fisik lebih besar dan utamanya dari
segi kemampuan akademik patut diperhitungkan.
“Salah satu ajang olimpiade internasional untuk tingkat SD yang diselenggarakan Indonesia untuk pertama kalinya adalah International Mathematic and Science Olympiad (IMSO)
yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para siswa SD dalam bidang
Matematika dan IPA. Termasuk, juga memberikan motivasi untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan keahlian mereka di bidang
Matematika dan IPA,” kata Mudjito.
Pendidikan di bidang ilmu-ilmu
dasar, seperti Matematika dan Sains/IPA tengah menjadi sorotan pada
tahun-tahun terakhir ini sebab ada keyakinan bahwa tingkat penguasaan
ilmu-ilmu dasar suatu bangsa merupakan salah satu modal utama bagi
bangsa tersebut. Dan, juga menjadi salah satu indikator seberapa jauh
kiat suatu bangsa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh
karena itu, pengembangan Matematika dan IPA menjadi suatu keharusan.
Alasannya, dengan membekali dasar pengetahuan yang kuat terhadap
Matematika dan IPA sedini mungkin akan memudahkan bagi siswa untuk
mengembangkan di kemudian hari, utamanya aspek life-skills siswa dapat
dikembangkan,” ujarnya
JALUR B
Olimpiade
matematika telah dirintis sejak tahun 2003, pelaksanaan olimpiade
diharapkan mendapat dukungan sekolah dan pemerintah sehingga dapat
memberikan dampak positif pada proses pembelajaran siswa di sekolah
sehingga menjadi lebih kreatif dan inovatif dan menyenangkan.
Namun
bagaimana dengan anak-anak pintar dan berpotensi yang berada di daerah
dan propinsi yang jauh dari Pulau Jawa, Sumatera atau Bali, apakah
kesempatan mereka tertutup untuk ikut unjuk prestasi mengharumkan nama
sekolah, daerah dan bangsa?
Depdiknas memang tidak tinggal diam.
Penelusuran bakat dan kemampuan siswa siswi memang sudah digali sejak
dini melalui proses seleksi dari tingkat sekolah meningkat ke jenjang
lebih tinggi, yakni di tingkat kota/kabupaten hingga tingkat provinsi.
Depdiknas
sejak dua tahun terakhir melaksanakan program penelusuran anak-anak
berprestasi di bidang matematika dan sains dengan terjun langsung ke
sekolah-sekolah bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota dan
propinsi.
“Kami menyebut program ini sebagai program jalur B
sehingga tidak hanya anak-anak di perkotaan saja yang bisa berkompetisi
tetapi anak-anak di daerah yang mungkin saja belum beruntung dari sisi
ekonomi tetapi pandai akan memperoleh peluang-peluang yang kelak bisa
meningkatkan hidupnya,” katanya.
Mudjito mencontohkan mata
pelajaran matematika. Berdasarkan data yang ditemukan di lapangan,
matematika di jenjang sekolah dasar perlu mendapat perhatian khusus.
Sebab, melalui proses pembelajaran yang optimal pada mata pelajaran
matematika, terbukti kemampuan siswa dapat dikembangkan relatif lebih
mudah pada mata pelajaran lainnya.
“Untuk mendorong kreativitas
dan efektivitas kinerja sekolah agar selalu berusaha meningkatkan mutu
pendidikan matematika, kami mencari dan menjaring bibit-bibit unggul
untuk diikutsertakan pada kompetisi matematika tingkat internasional.
Dan terbukti, anak-anak itu mampu meraih prestasi hingga mendapat medali
emas, perak dan perunggu,” kata Mudjito.
Prestasi anak-anak di
tingkat SD ini di ajang kompetisi matematika dan sains merupakan titik
awal untuk pembinaan lebih lanjut di tingkat sekolah menengah pertama
maupun atas. Bahkan, sampai ke perguruan tinggi. Depdiknas akan
melakukan pembinaan berkesinambungan. Artinya, prestasi di tingkat SD
ini akan menentukan prestasi di tingkat sekolah di atasnya, kata
Mudjito.
“Guru-guru sekarang ini lebih bersemangat untuk
meningkatkan kemampuannya karena memang ada tuntutan untuk itu. Kalau
guru tidak menguasai matematika dan sains di atas kemampuan standar,
lalu bagaimana nanti siswa bisa bersaing untuk ikut dalam olimpiade,”
kata Mudjito.